Mandi Malam: Boleh Nggak, Sih?
Pernah dengar nasihat, “jangan mandi malam, nanti rematik atau masuk angin?" Nasihat ini sering diwariskan turun-temurun. Namun, apakah benar mandi malam berbahaya bagi kesehatan?
Mari kita bahas dengan santai, tapi tetap berbasis sains yaa Guys. 😊
Mitos vs Fakta
Banyak orang percaya bahwa mandi malam bisa memicu rematik. Faktanya, penelitian dan panduan medis menunjukkan bahwa rematik tidak disebabkan oleh mandi malam maupun udara dingin. Rematik lebih dipengaruhi oleh faktor autoimun (sistem imun yang menyerang sel tubuh sendiri), genetik(faktor keturunan), dan gaya hidup (Ikatan Reumatologi Indonesia, 2020).
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Mandi Malam?
-
Suhu tubuh menurun dan relaksasi meningkat.
Mandi air hangat 1–2 jam sebelum tidur dapat membantu tubuh menurunkan suhu inti lebih cepat, yang pada gilirannya membuat proses tidur lebih mudah dan nyenyak (Haghayegh et al., 2019; Tai et al., 2021). -
Efek psikologis positif.
Mandi malam, terutama dengan air hangat, bisa menjadi “ritual” untuk melepas penat, membuat rileks, dan menyiapkan tubuh menuju tidur (Harvard Health Publishing, 2025). -
Kondisi kulit.
Jika mandi terlalu lama atau menggunakan air terlalu panas, minyak alami kulit dapat terkikis sehingga kulit menjadi kering. Dermatolog (ahli kesehatan kulit) menyarankan mandi 5–10 menit dengan air hangat, lalu segera menggunakan pelembap (American Academy of Dermatology, 2024).
Kapan Perlu Waspada?
-
Penderita asma. Udara maupun suhu air yang dingin dapat menjadi pemicu gejala pada sebagian orang dengan asma (Global Initiative for Asthma, 2023).
-
Orang dengan daya tahan tubuh lemah. Saat sakit atau meriang, mandi air hangat lebih nyaman dibandingkan air dingin.
-
Masalah kulit tertentu. Pada penderita kulit sangat kering atau eksim, sebaiknya batasi durasi mandi, hindari air panas, dan gunakan pelembap segera setelah mandi (American Academy of Dermatology, 2023).
Tips Aman Mandi Malam
-
Pilih air hangat, bukan yang suhunya panas berlebihan.
-
Batasi durasi mandi 5–10 menit.
-
Segera keringkan tubuh dan rambut, lalu gunakan pelembap bagi yang memiliki kondisi kulit tertentu.
-
Gunakan pakaian tidur yang kering dan hangat.
-
Bila ingin tidur lebih nyenyak, mandi hangatlah 1–2 jam sebelum tidur. (JANGAN TERLALU DEKAT dengan waktu tidur).
Kesimpulan
-
Mandi malam tidak menyebabkan rematik.
-
Aman dilakukan pada orang sehat, dengan catatan dilakukan dengan benar.
-
Untuk kualitas tidur, mandi air hangat menjelang tidur justru bermanfaat.
-
Pada kondisi khusus (misalnya asma atau eksim), perlu penyesuaian.
Jadi, jangan takut mandi malam ya. Yang penting, sesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing. 🌙🚿
Referensi
-
American Academy of Dermatology (2023) Cold weather and your skin. Tersedia di: https://www.aad.org/news/cold-weather-and-your-skin (diakses pada: 24 August 2025).
-
American Academy of Dermatology (2024) Dermatologists’ top tips for relieving dry skin. Tersedia di: https://www.aad.org/public/everyday-care/skin-care-basics/dry/dermatologists-tips-relieve-dry-skin (diakses pada: 24 August 2025).
-
Global Initiative for Asthma (2023) GINA Pocket Guide 2023. Tersedia di: https://ginasthma.org/pocket-guide-for-asthma-management-and-prevention/ (diakses pada: 24 August 2025).
-
Haghayegh, S., Khoshnevis, S., Smolensky, M.H., Diller, K.R. and Castriotta, R.J. (2019) ‘Before-bedtime passive body heating by warm shower or bath to improve sleep: A systematic review and meta-analysis’, Sleep Medicine Reviews, 46, pp. 124–135. DOI: 10.1016/j.smrv.2019.04.008
-
Harvard Health Publishing (2025) Sleep hygiene: Simple practices for better rest. Tersedia di: https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/sleep-hygiene-simple-practices-for-better-rest (diakses pada: 24 August 2025).
-
Ikatan Reumatologi Indonesia (2020) Myths and facts about rheumatic diseases. Jakarta: IRI. Tersedia di: https://reumatologi.or.id/en/myths-and-facts-about-rheumatic-diseases/ (diakses pada: 24 August 2025).
-
Tai, Y., Yang, Y. and Li, X. (2021) ‘Hot-water bathing before bedtime and shorter sleep onset latency’, Sleep and Biological Rhythms, 19(3), pp. 321–328. DOI: 10.5664/jcsm.9180
Komentar
Posting Komentar