Obat dan Minuman: Fakta di Balik Mitos “Minum Obat dengan Susu”
Disclaimer: Tulisan ini bersifat edukasi kesehatan untuk masyarakat awam. Hal-hal lebih lanjut tentang obat dan aturan meminumnya harap diperhatikan pada etiket kemasan obat, serta harap dikonsultasikan dengan dokter, profesional kesehatan.
Ditulis oleh: Ronald Pratama Adiwinoto, dr., M.Ked.Trop (Dokter, Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat)
Ditinjau oleh: Tamam Jauhar, dr., S.Sos., M.Si (Dokter, Dosen Ahli Farmakologi).Pernah dengar nasihat, “jangan minum obat pakai susu, nanti obatnya nggak mempan” nggak, Gaess?
Atau ada yang bilang soft drink bisa mempercepat kerja obat, bahkan anggur merah bisa “meningkatkan efek obat”? Yuk, kita bongkar mitos dan fakta soal interaksi obat dengan berbagai minuman.
Mengapa ini Penting ?
Interaksi obat–makanan atau obat–minuman bisa memengaruhi penyerapan, distribusi, dan efektivitas obat. Kalau salah cara minum, bisa jadi obat tidak bekerja maksimal, bahkan berisiko menimbulkan efek samping (Reis & Joaquim, 2015; Adiwinoto, 2023).
1. Susu: Sahabat atau Lawan?
-
Mitos: Susu selalu baik diminum bersama obat.
-
Fakta: Kalsium dalam susu dapat mengikat beberapa obat, sehingga menyulitkan penyerapannya di usus. Obat yang paling sering terpengaruh adalah antibiotik golongan tetrasiklin dan fluoroquinolon (seperti ciprofloxacin). Efeknya? Obat jadi kurang efektif melawan infeksi (Pápai et al., 2010; NHS, 2021; Adiwinoto, 2023).
-
Selain itu, susu bisa memengaruhi penyerapan obat hormon tiroid* (levotiroksin) dan beberapa obat penurun tekanan darah seperti captopril (Chon et al., 2018; Marte, Sankar & Cassagnol, 2022).
-
Namun, ada juga laporan susu dapat membantu mengurangi iritasi lambung akibat obat tertentu. Jadi, kembali lagi: tergantung jenis obatnya.
2. Soft Drink (Minuman Bersoda/berkarbonasi)
-
Kandungan asam dan karbonasi dalam soft drink bisa mengubah keasaman lambung dan memengaruhi kelarutan obat.
-
Beberapa obat jadi lebih cepat hancur, tapi penyerapannya justru bisa berkurang. Tidak ada keuntungan signifikan dibanding air putih, jadi lebih aman hindari minum obat dengan soda (Reis & Joaquim, 2015).
3. Alkohol (Wine, Bir, Minuman Keras)
-
Alkohol bisa berinteraksi dengan obat penenang, antidepresan, antiepilepsi, dan antibiotik tertentu.
-
Efeknya bisa BERBAHAYA: mengantuk berlebihan, kerusakan hati, hingga gangguan irama jantung.
-
Kombinasi obat & alkohol adalah big NO, karena risikonya jauh lebih besar daripada manfaatnya (Weiss, 2021).
4. Jus Grapefruit (Jeruk Bali)
-
Jus grapefruit terkenal bisa meningkatkan atau menurunkan kadar obat tertentu dalam darah.
-
Ia menghambat enzim hati CYP3A4, yang berfungsi memetabolisme banyak obat, misalnya obat kolesterol (statin), antihipertensi, dan obat imunosupresif.
-
Hasilnya bisa berupa efek obat yang terlalu kuat, bahkan toksik (Koziolek et al., 2019).
5. Antasida dan Susu
-
Banyak orang minum obat dengan antasida atau susu untuk mengurangi perih lambung.
-
Padahal, kombinasi antasida atau susu dengan obat tertentu dapat mengubah pH lambung dan menurunkan penyerapannya, misalnya pada antibiotik tertentu dan preparat zat besi -> untuk anemia kekurangan zat besi (Reis & Joaquim, 2015).
6. Susu dalam Obat Itu Sendiri
Tahukah kamu, beberapa obat justru mengandung eksipien dari susu, seperti laktosa atau protein susu, yang bisa menimbulkan masalah pada penderita alergi susu sapi (CMPA: Cow-Milk Protein Allergy). Karena itu, pasien dengan alergi atau intoleransi laktosa perlu ekstra hati-hati (Figueiredo, Couto & Costa, 2021).
Tips Aman Minum Obat
-
Gunakan air putih sebagai standar untuk menelan obat, kecuali dokter menyarankan lain.
-
Jangan campur obat dengan susu, soda, jus, atau alkohol tanpa arahan dokter, profesional kesehatan.
-
Jika ada keraguan, cek brosur obat atau tanyakan ke dokter/apoteker.
-
Untuk obat yang memang sensitif terhadap makanan/minuman (misalnya antibiotik), ikuti aturan waktu (sebelum/sesudah makan) dengan disiplin.
Kesimpulan
-
Tidak semua minuman cocok untuk dikombinasikan dengan obat.
-
Susu bisa menurunkan efektivitas beberapa antibiotik dan obat tiroid.
-
Jus grapefruit dan alkohol bisa memicu interaksi dengan obat yang berbahaya.
-
Air putih tetap menjadi pilihan terbaik untuk minum obat.
Dengan tahu fakta ini, kita bisa menghindari kegagalan terapi dan menjaga kesehatan tetap optimal. 🚰💊
Referensi
-
Adiwinoto, R.P. (2023) Understanding Milk–Drug Interactions: Safety, Controversies, and Precautions. Surabaya: Hang Tuah University. Tersedia di: https://www.researchgate.net/publication/379734597_MINI_REVIEW_Understanding_Milk-Drug_Interactions_Safety_Controversies_and_Precautions (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
-
Chon, D.A. et al. (2018) ‘Concurrent milk ingestion decreases absorption of levothyroxine’, Thyroid, 28(4), p. 454. Tersedia di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29589994/ DOI: 10.1089/thy.2017.0428 (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
-
Figueiredo, A., Couto, M. and Costa, I.M. (2021) ‘Milk related excipients in medications: concerns with cow’s milk protein allergy’, Annals of Medicine, 53(sup1), S139. Tersedia di: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8480826/ (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
-
Koziolek, M, Alcaro, S, Augustijns, P, Basit, AW, et al. (2019) ‘The mechanisms of pharmacokinetic food-drug interactions’, European Journal of Pharmaceutical Sciences, 134, pp. 31–59. Tersedia di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30974173/ (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
-
Marte, F., Sankar, P. and Cassagnol, M. (2022) ‘Captopril’, xPharm: The Comprehensive Pharmacology Reference. StatPearls Publishing. Tersedia di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535386/ (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
- Chen, J. (2024) Why must some medicines be taken before or after food?. Tersedia di: https://www.mountelizabeth.com.sg/health-plus/article/why-medicines-before-after-food (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
- Pápai, K. et al. (2010) ‘In vitro food-drug interaction study: Which milk component has a decreasing effect on the bioavailability of ciprofloxacin?’, Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 52(1), pp. 37–42. Tersedia di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/20053516/ (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
-
Reis, A. and Joaquim, J. (2015) ‘Drug Interaction with Milk and the Relevance of Acidifying/Alkalizing Nature of Food’, Clinical Therapeutics, 37(8), pp. e67–e68. Tersedia di: https://www.clinicaltherapeutics.com/article/S0149-2918(15)00509-3/fulltext (Diakses pada: 25 Agustus 2025)
-
Weiss, C. (2021) Mayo Clinic Q and A: Drug interactions with foods and drinks. Mayo Clinic News Network. Tersedia di: https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/mayo-clinic-q-and-a-drug-interactions-with-foods-and-drinks/ (Diakses pada: 25 Agustus 2025)

Komentar
Posting Komentar